"Negeri 5
Menara” begitulah sang novelis masyhur Ahmad Fuadi memberi judul pada karyanya.
Novel penggugah nurani juga menginspirasi jiwa untuk tidak pernah putus asa dan
terus berusaha mewujudkan mimpi. Bercerita mengenai enam santri dari Pondok
Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur, yang (bermimpi) menaklukan
dunia. Dari mimpi mereka –meminjam istilah Nidji- menjadi kunci untuk
mewujudkan realitas. Empat kata hikmah yang menjadi refleksi dalam novel ini
adalah ajaran moral yang yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad, Man Jadda wa
Jadda. Siapa bersungguh-sungguh, pasti berhasil.
Berbicara
tentang menara,di kampus UNY terdapat pula menara yang sudah lama berdiri.
Tepatnya terdapat 3 (tiga) menara yang tegak gagah menantang langit. Tiga
menara itu adalah Menara Rektorat atau yang disebut menara air mancur, Menara
(masjid) Mujahiddin dan Menara Talang Air FBS. Pantas pula UNY disebut dengan
julukan “Kampus Tiga Menara”, selain dijuluki pula sebagai Kampus Go Green.
Menara
pertama adalah Menara rektorat. Menara ini persis berada di depan kantor
rektorat UNY. Ada yang menyebutnya sebagai menara air mancur karena dibawah
menara ini dikelilingi air mancur yang menambuh keanggunan bangunan. Menara
rektorat sudah ada sebelum kedua menara yang lainnya berdiri. Tingginya sekitar
15 meter. Sebagaimana yang dikatakan Bapak Kos penulis yang juga seorang
lulusan FBS UNY, Sarimin Sumowidjoyo, “Perancang menara air itu Pak Bambang
Damarsasi (dosen) dari FBS”.
Bersama
taman-taman bunga dan hutan mini, menara ini menjadi pelengkap dari boulevard
rektorat UNY . Boleh dikatakan sebagai icon pencitraan dari UNY
kepada khalayak ramai supaya terkesan megah dan anggun. Walaupun dimana-mana
jika menelisik UNY lebih dalam lagi, pembangunan (renovasi) yang dilakukan
banyak yang mangkrak.
Berkunjung
ke UNY tidak lengkap jika belum mampir ke Menara UNY. Menara rektorat menjadi
objek utama bagi pelancong untuk sekadar berfoto ria, bermain-main, atau
kongkow bareng di sekitar halaman menara. Halaman pelataran yang mengitarinya
juga dijadikan tempat beraktifitas bagi kawula muda UNY, seperti latihan
teater; pencak silat; taekwondo; latihan upacara bendera dan Menwa; marching
band, dan lain sebagainya.
Tempat
ini cocok pula untuk jogging di pagi dan sore hari karena udaranya begitu segar
dengan pepohonan yang hijau. Pengunjung dapat menikmati akses internet di
sekitar menara yang sudah tersedia layanan wi-fi, sambil duduk di bawah
pohon rindang atau sambil melakukan rapat bareng. Pokoknya menjadi pilihan pas
bagi ajang silaturahmi yang asri, segar dan harmonis.
Lebih
ramai lagi andaikata jalan sekitar boulevard UNY dijadikan kayak Sunday
Morning-nya UGM. Tidak menutup kemungkinan jika tiap minggu pagi UNY
bakalan dipenuhi para jogginger-joginger. Tak kalah ramainya dengan Sunmor
UGM. Tapi itu dilihat dari jalanan UNY yang tidak memungkinkan karena bukan
jalanan umum dan tempatnya tak terlalu luas.
Menara kedua
adalah Menara Mujahidin. Tingginya sekitar 12 meter. Tinimbang menjadi
tempat mengumandangkan azan sebagaimana fungsi menara masjid pada masa dahulu,
menara ini cenderung menjadi pelengkap dari bangunan masjid mujahidin yang
tampak elok berhiaskan dua menara di samping kanan dan kirinya.
Penulis
pernah menaiki salah satu menara masjid. Bersama kawan dari jurusan geografi
bernama Erwin Yosenawan, ketika tengah malam. Kami juga sempat menuliskan nama
masing-masing di atas menara tersebut. Jadi jika anda mencoba untuk naik ke
puncak menara maka akan anda temui di dinding menara masjid tergores nama kami
berdua. Layaknya sepasang kekasih.
Menara
ketiga adalah menara air FBS. Terletak di lingkungan kampus FBS dan berbatasan
langsung dengan lapangan olahraga (voli pantai dan basket) FIK. Di bawah menara
ini terdapat sumur besar yang konon kata bapak penjaga parkir Masmuja (Masjid
Mujahidin) menjadi sumber penyaluran air bersih ke seluruh UNY.
3 Menara, 3
Visi, 3 filosofis
Ketiga
menara yang terdapat di UNY tersebut, jika dimaknai dari segi
bangunan terkesan hanya tampak sebagai wujud fisik semata. Sebagai penghias
ataupun berfungsi sebagi talang air. Tapi dibalik itu, jika kita memaknai lebih
dalam lagi maka terdapat nilai filosofis yang termanifestasikan dari ketiga
menara di atas.
Tiga
nilai filosofis itu senada dengan tiga visi yang digaungkan oleh UNY. Apa itu
tiga visi UNY?. Ya, visi itu adalah TAKWA, CENDEKIA, dan MANDIRI atau yang
biasa disingkat dengan TCM untuk memudahkan penyebutannya. Masing-masing dari
visi itu dapat disimbolkan dengan ketiga menara yang ada di UNY.
Nilai
filosofis utama yang ditonjolkan UNY sebagai kampus pendidikan adalah Cendekia.
Nilai ini tercermin pada menara rektorat (menara air mancur) UNY. Menara yang menjadi
sesepuh dari dua menara yang lainnya. Icon UNY. Seolah ketika melihat
UNY dari depan gerbang utama, kita seperti memandang sebuah pena besar yang
tegak berdiri diatas bunga teratai (seroja/padma/lotus). Pena merupakan lambang
pendidikan dan teratai adalah tumbuhan suci dalam kepercayaan agama Budha
dimana Sang Budha duduk persis di tengah bunga teratai sebagai lambanglingkaran
kesucian.
Atau
dapat pula diasosiasikan menara tersebut layaknya sebuah obor yang tak kunjung
padam dan tak pernah henti-hentinya untuk ikut menyumbangkan cahya bagi
nyalanya pendidikan bangsa Indonesia. UNY berusaha untuk membangun pendidikan
yang suci dan menyala-nyala dalam kalbunya bangsa Indonesia.
Menara
Mujahidin menjadi simbol refleksi dari nilai filosofis yang kedua, Takwa.
Masjid, seperti yang kita ketahui, menjadi tempat bagi umatt muslim untuk
belajar “mengenali” Allah SWT. Pengenalan akan Allah SWT, salah satu jalannya,
adalah dengan keilmuan yang suci. Keilmuan yang didasarkan keimanan
yang menjadi ruh dari setiap olah rasio. Keimuan dan ketakwaan itu harus
bersinergis secara dinamik dan romantik. Sehingga mahasiswa tidak hanya menjadi
insan yang berotak Einstein, tetapi juga berhati Muhammad. Tidak hanya berotak
Comte, tetapi juga berhati Budha.
Nilai
filosofis yang terakhir adalah Mandiri. Menara Talang Air FBS menjadi
manifestasi dari nilai filosofis yang ketiga itu. Kemandirian yang ditegakkan
di atas kultur UNY sebagai kampus pendidikan yang menghargai keragaman.
Kemandirian berbudaya yang tidak lepas landas dari kaidah ketakwaan dan
keilmuan. Kemandirian berbudaya ini merupakan kemandirian yang memiliki
karakter kebangsaan dan senantiasa menggali dari bumi ibu pertiwi segala
kekayaan dan kearifan lokal guna bekal dalam pergaulan di dunia internasional.
Entah
kebetulan atau tidak, para punggawa (founding father dan founding
mother) UNY ternyata telah menanamkan nilai-nilai apik untuk kita cerna dan
aktualisasikan bersama lewat ketiga menara tersebut. UNY merupakan kawah
candradimuka bagi pembentukan ketiga nilai dan ketiga visi yang telah disebut
diatas, yaitu Takwa, Cendekia dan Mandiri.
Dari
ketiga menara (three of towers), kita belajar untuk menjadi Insan
mandiri berbasis takwa dan cendekia. Belajar menjadi Insan mandiri yang bangga
dengan kebudayaan bangsanya. Belajar menjadi insan mandiri yang dapat
bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat di segala bidang kehidupan. Tentunya
insan mandiri itu bisa mensinergiskan antara otak (ilmu) dan hati (iman).
Maka,
seperti cerita yang terdapat dalam “Novel Negeri 5 Menara” janganlah jauh-jauh
dulu untuk menaklukan 5 menara yang digambarkan dalam cover novel tersebut!
Taklukkan dulu ketiga menara yang ada di UNY. Belajar dulu dari
nilai-nilai filosofis yang tersingkap dari ketiga menara tersebut. baru kita bisa
punya dasar (TCM) sebagai mahasiswa UNY untuk beranjak menaklukan menara yang
lainnya di dunia. Selamat mencoba!
![]() |
| SUMBER: http://photos.wikimapia.org/ |

Tidak ada komentar:
Posting Komentar