Kamis, 06 Maret 2014

UNY, KAMPUSNYA TIGA MENARA

"Negeri 5 Menara” begitulah sang novelis masyhur Ahmad Fuadi memberi judul pada karyanya. Novel penggugah nurani juga menginspirasi jiwa untuk tidak pernah putus asa dan terus berusaha mewujudkan mimpi. Bercerita mengenai enam santri dari Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo Jawa Timur,  yang (bermimpi) menaklukan dunia. Dari mimpi mereka –meminjam istilah Nidji- menjadi kunci untuk mewujudkan realitas. Empat kata hikmah yang menjadi refleksi dalam novel ini adalah ajaran moral yang yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad, Man Jadda wa Jadda. Siapa bersungguh-sungguh, pasti berhasil.

Berbicara tentang menara,di kampus UNY terdapat pula menara yang sudah lama berdiri. Tepatnya terdapat 3 (tiga) menara yang tegak gagah menantang langit. Tiga menara itu adalah Menara Rektorat atau yang disebut menara air mancur, Menara (masjid) Mujahiddin dan Menara Talang Air FBS. Pantas pula UNY disebut dengan julukan “Kampus Tiga Menara”, selain dijuluki pula sebagai Kampus Go Green.

Menara pertama adalah Menara rektorat. Menara ini persis berada di depan kantor rektorat UNY. Ada yang menyebutnya sebagai menara air mancur karena dibawah menara ini dikelilingi air mancur yang menambuh keanggunan bangunan. Menara rektorat sudah ada sebelum kedua menara yang lainnya berdiri. Tingginya sekitar 15 meter. Sebagaimana yang dikatakan Bapak Kos penulis yang juga seorang lulusan FBS UNY, Sarimin Sumowidjoyo, “Perancang menara air itu Pak Bambang Damarsasi (dosen) dari FBS”.

Bersama taman-taman bunga dan hutan mini, menara ini menjadi pelengkap dari boulevard rektorat UNY . Boleh dikatakan sebagai icon pencitraan dari UNY kepada khalayak ramai supaya terkesan megah dan anggun. Walaupun dimana-mana jika menelisik UNY lebih dalam lagi, pembangunan (renovasi) yang dilakukan banyak yang mangkrak.

Berkunjung ke UNY tidak lengkap jika belum mampir ke Menara UNY. Menara rektorat menjadi objek utama bagi pelancong untuk sekadar berfoto ria, bermain-main, atau kongkow bareng di sekitar halaman menara. Halaman pelataran yang mengitarinya juga dijadikan  tempat beraktifitas bagi kawula muda UNY, seperti latihan teater; pencak silat; taekwondo; latihan upacara bendera dan Menwa; marching band, dan lain sebagainya.

Tempat ini cocok pula untuk jogging di pagi dan sore hari karena udaranya begitu segar dengan pepohonan yang hijau. Pengunjung dapat menikmati akses internet di sekitar menara yang sudah tersedia layanan wi-fi, sambil duduk di bawah pohon rindang atau sambil melakukan rapat bareng. Pokoknya menjadi pilihan pas bagi ajang silaturahmi yang asri, segar dan harmonis.

Lebih ramai lagi andaikata jalan sekitar boulevard UNY dijadikan kayak Sunday Morning-nya UGM. Tidak menutup kemungkinan jika tiap minggu pagi UNY bakalan dipenuhi para jogginger-joginger. Tak kalah ramainya dengan Sunmor UGM. Tapi itu dilihat dari jalanan UNY yang tidak memungkinkan karena bukan jalanan umum dan tempatnya tak terlalu luas.

Menara kedua adalah Menara Mujahidin. Tingginya sekitar 12 meter.  Tinimbang menjadi tempat mengumandangkan azan sebagaimana fungsi menara masjid pada masa dahulu, menara ini cenderung menjadi pelengkap dari bangunan masjid mujahidin yang tampak elok berhiaskan dua menara di samping kanan dan kirinya.

Penulis pernah menaiki salah satu menara masjid. Bersama kawan dari jurusan geografi bernama Erwin Yosenawan, ketika tengah malam. Kami juga sempat menuliskan nama masing-masing di atas menara tersebut. Jadi jika anda mencoba untuk naik ke puncak menara maka akan anda temui di dinding menara masjid tergores nama kami berdua. Layaknya sepasang kekasih.

Menara ketiga adalah menara air FBS. Terletak di lingkungan kampus FBS dan berbatasan langsung dengan lapangan olahraga (voli pantai dan basket) FIK. Di bawah menara ini terdapat sumur besar yang konon kata bapak penjaga parkir Masmuja (Masjid Mujahidin) menjadi sumber penyaluran air bersih ke seluruh UNY.

3 Menara, 3 Visi, 3 filosofis
Ketiga menara yang  terdapat di UNY  tersebut, jika dimaknai dari segi bangunan terkesan hanya tampak sebagai wujud fisik semata. Sebagai penghias ataupun berfungsi sebagi talang air. Tapi dibalik itu, jika kita memaknai lebih dalam lagi maka terdapat nilai filosofis yang termanifestasikan dari ketiga menara di atas.

Tiga nilai filosofis itu senada dengan tiga visi yang digaungkan oleh UNY. Apa itu tiga visi UNY?. Ya, visi itu adalah TAKWA, CENDEKIA, dan MANDIRI atau yang biasa disingkat dengan TCM untuk memudahkan penyebutannya. Masing-masing dari visi itu dapat disimbolkan dengan ketiga menara yang ada di UNY.

Nilai filosofis utama yang ditonjolkan UNY sebagai kampus pendidikan adalah Cendekia. Nilai ini tercermin pada menara rektorat (menara air mancur) UNY. Menara yang menjadi sesepuh dari dua menara yang lainnya. Icon UNY. Seolah ketika melihat UNY dari depan gerbang utama, kita seperti memandang sebuah pena besar yang tegak berdiri diatas bunga teratai (seroja/padma/lotus). Pena merupakan lambang pendidikan dan teratai adalah tumbuhan suci dalam kepercayaan agama Budha dimana Sang Budha duduk persis di tengah bunga teratai sebagai lambanglingkaran kesucian.

Atau dapat pula diasosiasikan menara tersebut layaknya sebuah obor yang tak kunjung padam dan tak pernah henti-hentinya untuk ikut menyumbangkan cahya bagi nyalanya pendidikan bangsa Indonesia. UNY berusaha untuk membangun pendidikan yang suci dan menyala-nyala dalam kalbunya bangsa Indonesia.

Menara Mujahidin menjadi simbol refleksi dari nilai filosofis yang kedua, Takwa. Masjid, seperti yang kita ketahui, menjadi tempat bagi umatt muslim untuk belajar “mengenali” Allah SWT. Pengenalan akan Allah SWT, salah satu jalannya, adalah dengan keilmuan  yang suci. Keilmuan yang didasarkan  keimanan yang menjadi ruh dari setiap olah rasio. Keimuan dan ketakwaan itu harus bersinergis secara dinamik dan romantik. Sehingga mahasiswa tidak hanya menjadi insan yang berotak Einstein, tetapi juga berhati Muhammad. Tidak hanya berotak Comte, tetapi juga berhati Budha.

Nilai filosofis yang terakhir adalah Mandiri. Menara Talang Air FBS menjadi manifestasi dari nilai filosofis yang ketiga itu. Kemandirian yang ditegakkan di atas kultur UNY sebagai kampus pendidikan yang menghargai keragaman. Kemandirian berbudaya yang tidak lepas landas dari kaidah ketakwaan dan keilmuan. Kemandirian berbudaya ini merupakan kemandirian yang memiliki karakter kebangsaan dan senantiasa menggali dari bumi ibu pertiwi segala kekayaan dan kearifan lokal guna bekal dalam pergaulan di dunia internasional.

Entah kebetulan atau tidak, para punggawa (founding father dan founding mother) UNY ternyata telah menanamkan nilai-nilai apik untuk kita cerna dan aktualisasikan bersama lewat ketiga menara tersebut. UNY merupakan kawah candradimuka bagi pembentukan ketiga nilai dan ketiga visi yang telah disebut diatas, yaitu Takwa, Cendekia dan Mandiri.

Dari ketiga menara (three of towers), kita belajar untuk menjadi Insan mandiri berbasis takwa dan cendekia. Belajar menjadi Insan mandiri yang bangga dengan kebudayaan bangsanya. Belajar menjadi insan mandiri yang dapat bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat di segala bidang kehidupan. Tentunya insan mandiri itu bisa mensinergiskan antara otak (ilmu) dan hati (iman).

Maka, seperti cerita yang terdapat dalam “Novel Negeri 5 Menara” janganlah jauh-jauh dulu untuk menaklukan 5 menara yang digambarkan dalam cover novel tersebut!  Taklukkan dulu ketiga menara yang ada di UNY. Belajar dulu dari nilai-nilai filosofis yang tersingkap dari ketiga menara tersebut. baru kita bisa punya dasar (TCM) sebagai mahasiswa UNY untuk beranjak menaklukan menara yang lainnya di dunia. Selamat mencoba!

SUMBER: http://photos.wikimapia.org/



Tidak ada komentar:

Posting Komentar